INTA berupaya menjadi perusahaan korporasi berstandar kelas dunia melalui bisnis yang mampu membangun ekonomi lokal dalam kerjasama saling menguntungkan dengan klien, pemerintah serta mitra usaha.
PT lntraco Penta Wahana (IPW) didirikan pada Februari 2012 sebagai perusahaan transportasi dan perdagangan peralatan konstruksi. IPW adalah distributor tunggal atas Sinotruk (produsen dan eksportir terbesar truk berat di China) dan Doosan (produsen kompresor udara portabel dan produser sumber cahaya penerangan). IPW memiliki distribusi yang luas dan layanan purna jual di seluruh Indonesia dan didukung oleh lebih dari 214 karyawan. Keunggulan IPW adalah mampu menawarkan layanan purna jual yang amat luas melalui skema yang beragam sesuai kebutuhan end-user melalui penjualan ataupun sewa.
Rekam jejak PT Karya Lestari Sumber Alam (KASUARI) sejak berdirinya 1998 termasuk aplikasi dan pemeliharaan peralatan pertambangan, sebagai hal penting untuk menjadi kontraktor pertambangan nasional yang sangat kompeten. Solusi yang ditawarkan adalah eksplorasi tambang, perencanaan tambang, pembangunan infrastruktur, eksploitasi tambang, dan reboisasi. KASUARI telah menangani proyek termasuk pertambangan emas di Jawa Barat, pertambangan nikel di Maluku Utara, dan pertambangan batu bara di Kalimantan Timur dan Sumatera.
PT Intan Baruprana Finance Tbk. yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten IBFN sejak 2014. IBFN diakuisisi INTA sejak 2003 untuk melengkapi struktur usaha Grup INTA demi mewujudkan visi sebagai perusahaan penyedia solusi total di bidang alat berat dan pertambangan. IBFN senantiasa mencari pendanaan baik melalui perbankan atau institusi keuangan dalam negeri maupun luar negeri, serta pasar modal. IBFN juga mendirikan unit usaha syariah pada 2010 untuk melayani pembiayaan dengan konsep syariah. IBFN menyalurkan pembiayaan barang modal baik untuk captive market yakni alat berat yang dipasarkan oleh induk usahanya, INTA, maupun untuk non-captive market, yakni barang modal yang dipasarkan oleh perusahaan di luar INTA. Barang modal captive market IBFN merupakan barang modal dalam berbagai merek seperti Volvo, S inotruk, S DLG, Mahindra, Bobcat, Doosan dan Sany Palfinger. Sementara barang modal non-captive market merupakan segala barang modal dalam berbagai merek dan jenis yang dibutuhkan oleh calon customer di berbagai sektor industri seperti konstruksi, transportasi darat dan laut, pertambangan, agribisnis, minyak dan gas bumi, perhotelan, rumah sakit, dan sebagainya.
PT Columbia Chrome Indonesia (CCI) didirikan pada tahun 1991 sebagai sebuah perusahaan investasi asing dan berubah menjadi sebuah perusahaan investasi domestik pada tahun 1995. CCI dimulai sebagai spesialis plating dan hidrolik dimana saat ini kehandalan CCI sudah diakui diantara perusahaan konstruksi global. CCI kini telah mengembangkan bisnis dengan fokus pada solusi di bidang fabrikasi dan layanan pendukung infrastruktur untuk berbagai sektor, mulai dari sektor tambang, industri, migas, kelautan dan logistik hingga infrastruktur. CCI ikut berperan penting dalam pembangunan/pengembangan infrastruktur di Indonesia, terutama dalam peningkatan kandungan lokal. CCI mempunyai peran penting dalam mendukung proyek – proyek infrastruktur pemerintah seperti fabrikasi Mould/Cetakan & Block Stressing Beton Pra-cetak proyek Light Rail Transit (LRT) dan berbagai infrastruktur migas, seperti Pekerjaan Konstruksi Butane Tank Dan Water Tank. Dengan pesatnya pembenahan infrastruktur di Indonesia, CCI mempunyai peran penting dalam pembangunan di Indonesia.
PT Inta Daya Perkasa (INDA) merupakan bagian dari lini usaha terbaru INTA yaitu energi dan kelistrikan. INDA bergerak di bidang pembangkit listrik swasta atau ‘Independent Power Producer’ (IPP). INDA telah mendapatkan kontrak dari PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) melalui anak usahanya, PT Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) yang bekerjasama dengan Power Construction Corporation of China untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2x100 MW di provinsi Bengkulu. PLTU tersebut sudah mulai dibangun sejak Oktober 2016 dan rencananya akan beroperasi tahun 2020 dengan kontrak jangka panjang selama 25 tahun yang bisa menghasilkan pendapatan tetap berulang. Di tahun 2017, INTA juga telah memiliki saham PT Petra Unggul Sejahtera yang merupakan salah satu pemilik PT TJK Power, PLTU 2x55 MW yang sudah beroperasi di pulau Batam.